Universitas Pelita Harapan (UPH) Kabupaten Tangerang, Banten, mengukuhkan Prof. Dr. Ir. Wiryanto Dewobroto MT sebagai guru besar fakultas teknik sipil dengan orasi ilmiah berjudul Pengaruh Batang Nol Pada Struktur Baja.

“Material baja adalah produk pabrik yang bermutu tinggi. Itu sebabnya struktur baja relatif lebih langsing dibanding struktur beton,” kata Prof Wiryanto di Tangerang, Senin.

Dia mengatakan faktor kelangsingan menyebabkan problem stabilitas (tekuk) menjadi dominan. Untuk solusinya harus ditambahkan elemen untuk pertambatan lateral yang disebut blacing (ikatan angin).

Menurut dia, keberadaan blacing adalah ciri khas konstruksi baja, dipasang atas dasar pengalaman, meniru sistem yang sudah sukses sebelumnya atau petunjuk dari kode.

“Jika hanya atas dasar analisa struktur elastis linier maka hasilnya bisa mengecoh,” kata alumni S-1 UGM, S-2 UI dan S-3 Unpar, Bandung itu.

Dia menambahkan gaya internal blacing bisa saja tidak terdeteksi karena relatif kecil, akibatnya diidentifikasi sebagai batang nol.

Saat ini material baja sangat penting perannya bagi kemajuan suatu peradaban, maka banyaknya pengunaan baja dari suatu negara dapat dijadikan indikator akan kemajuan tersebut, maka porsi terbesar pengunaan baja adalah di sektor konstruksi (struktur beton dan struktur baja).

Namun, pemakaian baja di Indonesia meningkat karena proyek insfrastruktur yang masif, maka usaha peningkatan kompetensi sumber daya manusia bidang perencanaan dan pelaksanaan struktur baja adalah keputusan strategis dan penting.

Menurut dia, memahami pentingnya batang nol dan menempatkan secara optimal pada sistem agar tidak terjadi tekuk pada kompetensi utama perencanaan struktur baja.

Hasil penelitian terkait batang nol dan kinerja struktur baja, termasuk juga inovasi terhadap Direct Analysis Method (DAM) untuk analisa kapasitas ultimate yang terbukti efektif melacak penyebab runtuhnya Jembatan Gantung di Banjar Sari II, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Pemerintah sejak tahun 2015 telah mencanangkan pembangunan 300 jembatan gantung di Indonesia untuk pengembangan wilayah pedesaan, maka hingga tahun 2018 telah terealisir sebanyak 164 unit jembatan gantung termasuk yang runtuh di Pacitan.

Oleh karena itu penyelidikan penyebab keruntuhan jembatan penting untuk menentukan langkah yang perlu diambil menghindari kasus serupa.

Prof Wiryanto juga sebagai anggota tim investigasi dan mitigasi runtuhnya jembatan di Pacitan yang dibentuk oleh Kementerian PUPR dengan anggota akademisi lainnya dari ITB, ITS dan UGM.

Pengukuhan tersebut merupakan yang ketiga pada fakultas yang sama sebelumnya adalah Prof. Dr-Ing Harianto Hardjasaputra dan Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST., MT., D.Min
.
Sementara itu, Rektor UPH, Dr (Hon) Jonathan L.Parapak M.Eng.Sc mengatakan pengukuhan Prof Wiryanto merupakan profesor baru yang ke-12 di UPH.

Jonathan mengatakan ilmu yang diterapkan guru besar itu hendaknya bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan pembangunan insfrasruktur di Indonesia.

Menurut dia, Prof Wiryanto telah berkontrubusi dalam pembangunan sejumlah proyek di Indonesia termasuk untuk kemajuan konstruksi di Tanah Air.