Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menyampaikan “keynote speech” saat kegiatan Indonesia Tourism Outlook 2020 di Nusa Dua, Bali, Jumat (22/11/2019). Antaranews Bali/Fikri Yusuf

(Banten Kita) –  Kapasitas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali, perlu segera diperluas dalam rangka untuk mengantisipasi potensi peningkatan wisatawan, baik mancanegara maupun domestik, yang berkunjung ke Pulau Dewata tersebut.

Wakil Ketua Komisi VI DPR Gde Sumarjaya Linggih, dalam rilis yang diterima di Jakarta, Senin, mengingatkan bahwa kapasitas Ngurah Rai saat ini sudah penuh yaitu hampir mencapai 24,5 juta penumpang per tahunnya.

“Sehingga, mendesak untuk diadakannya penambahan kapasitas Bandara Ngurah Rai ini menjadi 28 juta dalam tahap pertama dan kemudian menjadi kapasitas 37 juta penumpang tahap berikutnya,” katanya.

Untuk itu, ujar dia, Komisi VI DPR RI juga menilai perlunya untuk segera diambil langkah kebijakan strategis dalam rangka mendorong pengembangan kapasitas Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menjadi 37 juta penumpang per tahunnya.

Meskipun demikian, politisi Partai Golkar itu mengingatkan bahwa target kapasitas 37 juta itu diperkirakan hanya bertahan sampai lima tahun ke depan.

Ia juga menyoroti bahwa saat ini masih terjadi adanya perang tarif antara pihak pengelola hotel yang dapat mengindikasikan sinyal kewaspadaan bagi pariwisata Bali.

Terkait dengan pariwisata Bali, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan Bali memerlukan sebuah masterplan atau rancangan besar untuk keberlanjutan pariwisata ke depan.

“Singapura punya masterplan untuk 90 tahun. Bali harus punya juga, dengan penekanan yang jelas, bukan parsial,” kata Wishnutama.

Menurut dia, meskipun telah ada rencana pengembangan destinasi bertajuk “10 Bali Baru” namun tetap saja perlu waktu untuk menjadi seperti Bali.

Kemenparekraf, lanjut dia, sangat mendukung pengembangan pariwisata Bali termasuk infrastruktur hingga pendidikan guna menguatkan SDM jasa pariwisata.

“Kami sangat support, masih banyak ruang dan kawasan yang bisa dikembangkan di Bali. Seperti di Bali Utara, masih banyak yang potensial. Ini jauh lebih mudah dibandingkan merancang destinasi wisata dari nol di daerah lain,” ucapnya. (Ant)