
Serang, (Banten Kita) – Meski pertumbuhan ekonomi Banten triwulan I/2020 melambat dibandingkan triwulan IV/2019, namun menduduki rangking tertinggi kedua se Pulau Jawa setelah DKI Jakarta, posisi ketiga ditempati Jatim, Jabar di posisi ke empat, Jateng posisi ke lima dan terakhir Yogyakarta .
Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Banten, Erwin Soeriadimadja dalam webinar zoom “Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Banten Periode Mei 2020” yang dilaksanakan di Serang, Selasa (23/6), menyebutkan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta 5,06 persen (yoy), Banten (3,09 persen), Jatim (3,04 persen, Jabar (2,73 persen), Jateng (2,60 persen) dan pertumbuhan ekonomi Yogyakarta -0,17 persen.
Dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional pada periode sama yang mencapai 2,97 persen (yoy), pertumbuhan ekonomi Banten masih lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi Banten melambat dibandingkan triwulan IV/2019 yang mencapai 5,90 persen (yoy).
Menurut Erwin, perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I 2020 secara umum disebabkan menurunnya kegiatan ekonomi ditengah pandemi COVID-19.
Dari sisi pengeluaran, melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten itu terutama sisi konsumsi RT dan net ekspor. Pandemi COVID 19 mendorong penurunan ekspektasi konsumsi masyarakat serta penurunan permintaan produk ekspor provinsi Banten seiring kebijakan lockdown beberapa negara mitra dagang.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan tertahan oleh melambatnya seluruh pertumbuhan sektor utama, seperti Industri Pengolahan, Konstruksi, Perdagangan, Transportasi & Pergudangan, dan Real Estate.
Mengenai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Banten tahun 2020, Erwin mengatakan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2019 baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi belanja, masing-masing sebesar 6,6 persen dan 8,7 persen.
Sampai dengan triwulan I 2020, realisasi pendapatan APBD Provinsi Banten mencapai 13,4 persen dengan nilai sebesar Rp1,7 triliun. Sementara itu, realisasi belanja APBD Provinsi Banten sampai dengan triwulan I 2020 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari Rp1,1 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp1,2 triliun pada tahun 2020.
Selanjutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk Provinsi Banten pada tahun 2020 sebesar Rp2,1 triliun mengalami peningkatan sebesar 26,2 persen dibandingkan tahun 2019. Komponen belanja pegawai mendominasi APBN diikuti oleh Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Barang.
Inflasi naik
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Banten pada triwulan I 2020 tercatat sebesar 2,99 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan posisi triwulan IV 2019 yang mencapai 2,65 persen (yoy). Capaian Inflasi triwulan I 2020 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi 3 tahun terakhir (3,28% yoy).
Kenaikan Inflasi pada triwulan I 2020 masih berada di bawah realisasi inflasi regional Jawa yang mencapai 3,28% (yoy) dan sedikit di atas Nasional yang tercatat sebesar 2,96% (yoy).
Secara spasial, peningkatan inflasi terjadi pada tiga kota sampel IHK. Berdasarkan kelompok pengeluarannya, peningkatan tekanan inflasi terjadi pada 5 (lima) kelompok pengeluaran, terutama kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, khususnya komoditas emas perhiasan yang bergerak naik seiring harga emas dunia. Sejalan dengan andil kelompok pengeluaran, komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi di Provinsi Banten didominasi oleh kelompok bahan makanan, diantaranya cabai merah, bawang putih, bawang merah, telur ayam ras, dan cabai rawit. (Rid)