Lebak, (Banten Kita) – Jumlah peserta didik pada pendidikan anak usia dini (PAUD) tahun ajaran 2020-2021 di Kabupaten Lebak, Banten, menurun menjadi 19.000 dari sebelumnya 21.000 siswa akibat pandemi COVID-19.

“Penyebab menurunnya jumlah peserta didik itu, karena adanya larangan proses pembelajaran bertatap muka,” kata Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini NonFormal dan Informal (PAUDNI) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Irawan di Lebak, Rabu.

Kemungkinan besar orang tua di sini tidak menyekolahkan anak-anak mereka ke PAUD akibat pandemi COVID-19 yang melarang proses pembelajarannya bertatap muka langsung dengan guru setempat.

Saat ini, proses pembelajaran PAUD sesuai kebiajakan pemerintah menerapkan sistem daring.

Selain itu, guru mendatangi peserta didik untuk belajar berkelompok (klaster) di suatu tempat yang ditentukan oleh orang tua siswa.

“Saya kira proses pembelajaran seperti itu, kemungkinan kurang menyenangkan dibandingkan bertatap muka,” katanya menjelaskan.

Menurut dia, pemerintah daerah tetap mendorong masyarakat yang memiliki usia anak balita agar bisa menerima pendidikan anak usia dini yang ada di desa setempat.

Saat ini, kata dia, pelayanan akses PAUD di Kabupaten Lebak semua ada di 340 desa tersebar di 28 kecamatan.

Ia mengajak masyarakat khususnya orang tua yang memiliki anak usia balita agar anak-anaknya bisa belajar pada PAUD itu.

“Kami masih membuka dan menerima peserta didik, meski sudah berlangsung pembelajaran,” katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, saat ini jumlah lembaga PAUD tercatat 768 unit dengan siswa sebanyak 25.884 anak dan tenaga pengajar 676 guru.

Kebanyakan PAUD yang ada di desa itu didirikan oleh masyarakat dan hanya 10 lembaga yang berstatus negeri.

Karena itu, pihaknya berupaya meningkatkan kualitas PAUD dengan mengoptimalkan pelatihan-pelatihan, pembinaan, hingga workshop.

Sebab, pendidikan usia dini itu menjadi hal penting bagi perkembangan anak-anak untuk mengalami perkembangan intelegensi dan kecerdasan sosial yang jauh lebih baik.

Pemerintah juga melakukan intervensi terhadap PAUD dengan memberikan bantuan operasional pendidikan (BOP) sebesar Rp600 ribu/anak guna menunjang semangat masyarakat untuk membangun pendidikan usia emas itu.

“Kami menargetkan semua anak-anak di sini sebelum masuk SD terlebih dahulu belajar pada PAUD,” ujarnya. (Man/Ant)