
Jakarta, (BantenKita) – Direktur PT Neumedik Indonesia Sudibyo mengatakan vaksinasi dan suplemen menjadi kunci agar bisa hidup berdampingan di tengah pandemi COVID-19.
“Pemberian vaksin membuat saat tubuh terserang virus COVID-19 tidak akan berdampak berat dan mematikan, namun untuk menjaga tubuh agar selalu sehat ada baiknya mengonsumsi suplemen,” kata Sudibyo dalam keterangan tertulis, Sabtu.
Sudibyo menjelaskan setelah menjalani vaksin, harus tetap mengikuti protokol kesehatan, mengonsumsi makanan bergizi, menghindari stres, serta mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan daya tubuh dari paparan COVID-19.
Terkait suplemen, Sudibyo mengatakan PT Neumedik Indonesia. saat ini memproduksi Avimac dengan kandungan Mac Oil dan Zinc untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Suplemen ini telah mendapatkan izin edar sejak Desember 2020 lalu dan juga telah dilakukan uji klinik untuk membuktikan bahwa Avimac memiliki khasiat anti virus.
“Zat aktif Mac Oil yang merupakan bahan utama dari Avimac memiliki kemampuan memulihkan sistem kekebalan tubuh. Mac Oil merupakan isolat dari ekstrak tanaman Melaleuca Alternifolia, hasil proses fraksinasi melalui teknologi khusus temuan Prof. Max J Reynolds, PhD (Neu Medix Biotechnology Pty. Ltd. Australia). Avimac diproduksi dalam bentuk kemasan kapsul keras 155 mg dan Zinc Picolinate 25 mg,” jelas Sudibyo.
Di Australia suplemen ini sudah beredar lebih dari 10 tahun dengan merek dagang 98alive Immune System Support. Pada awal pandemi, atas izin EUA (Emergency Use Authorization) yang diberikan oleh Kepala Badan POM RI, dilakukan uji klinis terhadap Avimac sebagai suplemen tambahan bagi pasien COVID-19 bergejala ringan dan moderat.
PT Neumedik Indonesia berperan sebagai sponsor yang mendukung tim peneliti uji klinis dipimpin Dr. Erlina Burhan dari Rumah Sakit Paru Persahabatan.
Uji klinis ini dilakukan di RSP Persahabatan dan Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet. Hasilnya menunjukkan penderita memberikan respon yang baik dan suplemen Avimac ternyata mempercepat penyembuhan dan efek samping akibat COVID-19 yang terlihat berkurang.
Upaya mengembangkan Avimac ini, ungkap Sudibyo, diharapkan akan secara langsung membantu pemerintah dalam menurunkan angka kasus positif COVID-19 di Indonesia.
Pihaknya juga berharap Avimac dapat dimanfaatkan banyak pasien COVID-19 berstatus ringan dan sedang, yang melakukan isolasi mandiri, mengingat hasil uji klinis yang menunjukkan perbaikan dalam waktu sepekan setelah mengonsumsi Avimac.
PT Neumedik Indonesia telah melakukan upaya awal untuk mendorong kemandirian dalam pemenuhan bahan baku obat. Dimotori oleh Prof Umar Fahmi telah ditanam Melaleuca Alternifolia di dua lahan percontohan di Cilacap dan Purwokerto. Hasilnya telah dipanen, dan menghasilkan bahan baku minyak esensial (tea tree oil).
Perusahan ini juga telah menyumbangkan 100 tanaman benih ke Balai Penelitian Tanaman Obat Tradisional di Tawangmangu, Jawa Tengah. Di masa yang akan datang pengembangan Avimac di Indonesia dapat dilakukan dari hulu ke hilir.
Dengan demikian akan tercapai kemandirian pengembangan Avimac di Indonesia.
Pada 2012-2014 telah dilakukan uji klinis phase 3 oleh tim Tropical Disease Center Universitas Airlangga terhadap Avimac, menindaklanjuti hasil uji klinis phase 2 dalam pengobatan DBD (Demam Berdarah Dengue) yang dilakukan di UGM.
Hasil uji klinis tersebut menunjukkan bahwa penggunaan Avimac sebagai terapi pengobatan DBD adalah aman, dan berhasil mengurangi viral load dalam darah pasien secara signifikan dalam waktu enam hari, meningkatkan trombosit darah dengan cepat, sehingga Profesor Nasronudin mengusulkan agar Avimac digunakan sebagai terapi standar DBD di Indonesia.
Bekerjasama dengan PT Indofarma Tbk (INAF), Avimac diproduksi untuk pasar Indonesia. PT Neumedik Indonesia mendapatkan lisensi untuk pengembangan produk berbasis Mac Oil dari Neu Medix Biotechnology Pty. Ltd. Australia.
Pada saat ini Avimac didistribusikan oleh PT Itama Ranoraya (IRRA) yang merupakan sister company PT. Neumedik Indonesia. (Gnt)