Wakil Wali Kota Tangerang Sachrudin saat mengunjungi kampung Pendora /ist

Tangerang (BantenKita)- Fahmi Iqbal ketua RW 07 Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Neglasari berhasil meraih penghargaan inovator kampung tematik kategori pratama.

Bersama warga setempat, Ikbal mengagas kampung tematik Pendidikan dan Olahraga (Pendora).

Meski di masa pandemi Covid-19, Iqbal bersama Komunitas Bersih Indah Makmur Sejuk Nan Asri (BIMASENA) menggerakan dan mengajak warga di lingkungan perumahan Angkasa Pura II memanfaatkan lahan kosong milik BUMN tersebut sebagai ruang terbuka untuk berinteraksi dan rekreasi.

“Kami gotong royong memanfaatkan lahan kosong yang tersedia menjadi sarana ketahanan pangan melalui kegiatan KWT, juga membangun taman dilengkapi sarana bermain anak, saung bambu dan rumah pohon,” ungkapnya.

Tak hanya itu di lokasi tersebut oleh warga dilakukan budidaya ikan konsumsi dengan memanfaatkan selokan taman. Hasil panen sebagian dibagikan ke warga dan sisanya diperjualbelikan yang hasilnya dikelola kembali untuk budidaya dan keperluan kampung Pendora.

“Kehadiran budidaya ikan di selokan menjadi daya tarik tersendiri bagi kampung Pendora. Sebab menjadi sarana edukasi bagi anak-anak, ini sesuai dengan tema pendora yaitu pendidikan dan olahraga,” terangnya.

Ia menambahkan melalui kehadiran Kampung Pendora meningkatkan keguyuban warga setempat. Selain itu taman yang berada di Kampung Pendora menjadi destinasi wisata masyarakat.

Kampung Pendora Karang Anyar Tangerang/ist

Pemanfaatan lahan kosong di Kampung Pendora juga dimanfaatkan untuk pengolahan sampah terutama yang bersumber dari lingkungan setempat.

Sarana tersebut dibangun atas kerjasama warga dan dukungan dari BUMN, Pemkot Tangerang melalui Kelurahan, Kecamatan hingga Dinas terkait.

Fahmi Iqbal selaku ketua RW 07 menjelaskan, pengolahan sampah bertujuan membantu Pemda dalam mengurangi beban sampah ke TPA Rawa Kucing. 

“Alhamdulillah pengolahan sampah telah berjalan sejak Desember 2021 dengan uji coba 3 RT di RW 07,” ujarnya.

Saat ini pengolahan sampah diterapkan untuk mengelola sampah di 13 RT dengan jumlah sampah yang dikelola mencapai 1,8 ton perhari.

“Sampah organik dikelola menjadi pakan magot, sedangkan sampah anorganik yang punya nilai ekonomis dipisahkan untuk di jual,” katanya.

Kemudian residu sampah sekitar 20-30% dikelola melalui alat insenerator yang merupakan buatan mahasiswa UNPAD. Mereka memberikan alat tersebut sebagai bagian penelitian. 

“Output dari insenerator berupa debu yang dapat dicampur dengan tanah untuk menjadi pupuk atau media tanam. Jadi tidak ada sampah yang terbuang sia-sia selama proses pengelolaan berjalan sesuai prosedur,” pungkasnya.(Adit)

By Aditya