Mengenal Devi Shyntia, Puteri Indonesia Banten Berbusana Terbaik 2023

Devie Shyntia /foto dok pribadi

Tangerang(BantenKita)- Devi Shyntia (26) warga Kelurahan Sudimara Selatan kecamatan Ciledug berhasil menembus 10 Besar Puteri Indonesia Banten 2023. 

Devi yang sehari-hari bekerja sebagai Duta Mal Pelayanan Publik (MPP) Pemkot Tangerang ini berhasil membawa pulang gelar Puteri Indonesia Banten berbusana terbaik tahun 2023.

“Alhamdulillah, berkat dukungan keluarga dan pemerintah daerah. Saya direstui untuk mengikuti kontes Pemilihan Puteri Indonesia Banten 2023 hingga mendapatkan hasil maksimal sebagai Puteri Indonesia Banten berbusana terbaik tahun 2023,” ujarnya.

Puteri Indonesia bukan ajang pertama bagi Devi, sebelumnya Devi pernah meraih gelar Nong Persahabatan Kota Tangerang tahun 2021 dan Finalis Kang Nong Banten tahun 2022.Ia termotivasi mengharumkan kota Tangerang di berbagai ajang termasuk Puteri Indonesia Banten.

“Label puteri indonesia juga menjadi motivasi tersendiri bagi saya untuk bisa menjadi tauladan dan secara aktif memberikan dampak bagi pemberdayaan remaja perempuan di kota tangerang dan provinsi banten. Tentunya juga sebagai bentuk meningkatkan kapasitas dan kualitas diri untuk kehidupan dan karir yang lebih baik di masa pendatang,” ungkapnya.

Sarjana ilmu komunikasi dari perguruan tinggi di Jakarta ini mengatakan, saat ini dan kedepan, akan fokus kepada karir dan pemberdayaan remaja di kota Tangerang dengan aktif terlibat di kepengurusan Ikatan Kang Nong dan mengimplementasikan program yang telah dirancang bersama.

“Besar harapan saya, melalui program yang akan dijalankan pemuda kota Tangerang dapat lebih berani untuk aktif berkegiatan demi menunjang program pembangunan. Dan teruntuk Perempuan muda, jangan pernah ragu dengan kapabilitas diri sendiri, beranilah mencoba dan berusahalah untuk terus lebih baik,” katanya.

Dalam ajang Puteri Indonesia Banten 2023 Devi Shyntia menggunakan busana Pintu Air 10 karya Andre yang merupakan seniman asal kota Tangerang.

Perempuan yang hobi traveling ini mengatakan, busana yang dipilih tentunya bertujuan memperkenalkan setiap icon, keunggulan, dan keindahan dari Kota Tangerang kepada masyarakat luas. Walaupun memiliki bobot kurang lebih 35 kg namun tidak menurunkan kebahagiaan dan semangat  memperkenalkan kota Tangerang dari busana Pintu Air ini.

“Busana yang saya kenakan bernama “Pintu Air 10″. Diadaptasi dari ikon Pintu Air 10 yang terdapat di pundak. Namun, terdapat ornamen lainnya yang menggambarkan ikon terkenal di Kota Tangerang. Seperti, Jam Gede Jasa yang dikenakan di kepala, Tugu Adipura yang menjadi ornamen di tongkat, hingga kain batik khas Tangerang yang bermotif perahu Naga,” ungkapnya.

Keikutsertaan Devi dalam ajang kontes kecantikan Puteri Indonesia Banten 2023 berawal saat menjadi perwakilan Kota Tangerang di pemilihan Duta Pariwisata  Banten.

Dari momen tersebut Devi bertemu dengan Regional Director pemilihan Puteri Indonesia Banten 2023 yakni Kathy Monica yang mengajaknya berpartisipasi dalam Audisi tersebut. 

“Tentunya dengan dukungan yang diberikan oleh keluarga, kerabat dekat, dan Ikatan Kang-Nong Kota Tangerang, memicu semangat untuk memberanikan diri berproses bersama para Finalis perwakilan Kota/Kabupaten se-Provinsi Banten dalam ajang ini,” ujarnya.

Devi mempersiapkan diri dengan berlatih dalam banyak hal untuk menjadi seorang Puteri Indonesia, dimulai dari public speaking, catwalk, wawasan, kecantikan, grooming, hingga pemilihan busana untuk mengikuti proses rangkaian Karantina. Melakukan photoshoot untuk evening gown, traditional costum, dan kebutuhan materi promosi lainnya. “Kurang lebih 3 minggu menunggu hasil pengumuman sampai dinyatakan menjadi Finalis perwakilan Kota Tangerang,” katanya.

Dalam proses karantina saat diberikan kesempatan untuk melakukan photoshoot di Baduy. Bertemu, berinteraksi, bertukar cerita dan bermain bersama penduduk Baduy menjadi pengalaman berkesan yang tak terlupakan.

“Disana penduduknya ramah, anak-anak disana juga gak takut sama pendatang, justru mereka berani bercerita tentang Baduy. Dan menariknya, walaupun Baduy menjadi salah satu suku yang dilestarikan, penduduk disana mengikuti perkembangan di era digital sekarang ini. Terbukti dengan disediakannya QRIS untuk pembayaran pembelian cenderamata disana,” ungkapnya.(Adit)