Tangerang(Bantenkita) – Ketua Komisi Nasional Disabilitas Republik Indonesia 2022-2026, Dante Rigmalia mendorong penuh hak pendidikan kaum Difabel agar terfasilitasi dan disetarakan pada semua sekolah yang ada di Indonesia.

Kepada awak media, Dante pun mengatakan bahwa penyandang Disabilitas secara umum itu haruslah betul-betul kita perhatikan dan didorong. ” Dari riset yang kita dapatkan bahwa penyandang disabilitas itu 30% lulusan SD, 11% lulusan SMP, lulusan SMA itu sebanyak 14% dan kurang dari 5% itu dari perguruan tinggi. Artinya, hak pendidikan bagi penyandang Disabilitas itu belum terbelikan hingga saat ini,” ujarnya saat menghadiri acara Grand Opening DGenius Learning Center yang berlokasi di Bloks Viola B75 No.12 RT 01 RW16 Tangerang, Perumahan Banjar Wijaya pada Sabtu (27/05/2023) pagi tadi.

” Seharusnya pemerintah itu harus menyediakan akses dalam memberikan pendidikan bermutu kepada semua anak di seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Jadi inklusi itu jangan jadi label sekolah, akan tetapi pendidikan inklusif itu dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan oleh semua sekolah. Jadi pegangannya itu adalah bahwa semua anak itu harus kita hargai, hormati dan akui. Meskipun mereka memiliki kemampuan dan potensi berkebutuhan yang berbeda, kita harus berikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” paparnya.

” Dan semua sekolah harus menerima semua anak penyandang disabilitas. Tidak boleh ada sekolah yang menolak, lantaran mereka menyebut bahwa sekolah kami bukan sekolah inklusif..!!! Ini lah label yang harus kita hilangkan, karena itu tidak sejalan dengan pendidikan untuk semua. Anak itu berhak bersekolah di sekolah terdekat dengan tempat tinggalnya.

Komisi Nasional Disabilitas sejauh ini telah mendorong kepada kementerian lembaga untuk bisa mengarusutamakan isu disabilitas kepada Pemerintah Provinsi, Pemda Kabupaten dan Kota di Indonesia.

” Kita selalu sampaikan seyogianya untuk memperhatikan hak pendidikan yang bermutu bagi semua warga negara, termasuk penyandang disabilitas dengan membuka akses seluas luasnya di seluruh sekolah tidak ada penolakan untuk Difabel,” katanya.

Dan ketika sekolah belum mampu menangani, lanjut Dante, maka ada kewajiban sekolah untuk menangani dan mengembangkan diri bagaimana caranya bisa menangani pendidikan disabilitas.

Menyikapi tidak adanya sekolah SMA Inklusi di kota Tangerang, Dante yang merupakan penyandang disabilitas tuli ini pun mengharapkan jangan adanya level sekolah inklusi. ” Jika ada level sekolah inklusi, maka sekolah lain pun tidak Inklusi. Filosofinya, semua sekolah harus menerima semua anak, termasuk disabilitas,” ungkapnya.

” Sejauh ini kita baru bertemu sekali dengan ketua DPRD Kota Tangerang untuk berdiskusi dan sosialisasi untuk memohon dukungan ke pendidikan. Dan selanjutnya pun kami akan diskusi kembali dengan Pemprov Banten, untuk bisa spesifikasi kembali berbicara bagaimana pendidikan itu bisa disediakan pada semua anak,” ungkapnya.

Menyikapi hadirnya Dgenius Center Indonesia pertama ini, menurut saya bisa menjadi Sempel untuk penanganan anak anak secara khusus yang mengalami dyslexia.

” Kalau tidak ditangani sejak awal, mereka tidak akan berkembang secara optimal dan timbul masalah masalah sosial sebagai dampaknya. Sehingga, dengan adanya learning center ini adalah sebuah solusi. Bagi orang tua, sekolah, masyarakat, agar bisa mengidentifikasi assasmen anaknya. Lalu kemudian, mendapatkan layanan dan dukungan yang tepat, dan kami apresiasi ini,” kata Dante

Sementara, Program Director Dyslexia Malayasia dan sekaligus Owner DGenius Center, Bulan Ayu mengatakan bahwa D Genius Center ini adalah tempat memberikan edukasi anak anak khusus Dyslexia. Kenapa saya konsen mengenai hal ini, karena banyak warga yang belum tau sebenarnya apa itu Dyslexia.

” Jadi penderita dyslexia itu secara kasat mata itu terlihat normal, padahal mereka memiliki penderitaan dalam. Maka dari itu mereka butuh edukasi dari kita agar tidak stres. Dan ketika mereka datang ke Center sini, kenyamanan dalam belajar pun akan ia dapatkan dari para guru yang berkompeten khusus di bidangnya,” ujarnya

” Jadi guru yang kita siapkan itu memilki teknik pembelajaran tersendiri untuk anak anak dyslexia dan jauh berbeda dengan pembelajaran di mainstreem. Dgenius buka pembelajaran untuk anak usia 3 tahun, karena kita mempunyai program Early childhood Education yang bermakna membentuk anak 3-6 tahun untuk siap ke Sekolah Dasar. Jadi orang tua murid tidak usah menangani lagi anaknya yang didapati Dyslexia, karena kita sudah bisa menangani masalah tersebut,” kata dia

Bulan menuturkan bahwa Dgenius Center pun memilki program Intensif dengan bimbingan secara spesial kepada anak anak dyslexia, dan learning Difficult.

” Dgenius learning center ini adalah sahabat semuanya, kita bukan kompetitor sekolah. Di sini kita berkolaborasi dengan para pakar psikolog dan disabilitas, serta masyarakat luar. Kita siapkan guru guru diploma inspesial learning disability manajemen,” paparnya.

” Nanti kita buatkan venue dan pelajaran lagi, sehingga pembelajaran dan pelayanan pun dapat tersalurkan dengan fokus dan baik kepada anak anak. Kita baru buka pada bulan April 2023 kemarin. Alhamdulillah para orang tua menyambut baik dan begitu antusias mendaftarkan anak anak mereka untuk mendapatkan assasmen pelajaran yang kita berikan,” kata Bulan. (Samalfiqih)