
Tangerang(Bantenkita)-Pusat Kajian Tionghoa Benteng (PKTB) yang berada di klenteng tertua di Kota Tangerang yaitu Boen Tek Bio di kawasan Pasar Lama Tangerang menjadi tempat mencari referensi informasi ilmu pengetahuan dan penelitian sejarah kebudayaan Tionghoa Benteng.
Kepala Pusat Kajian Tionghoa Benteng (PKTB) Iskandar mengatakan, PKTB diresmikan pada 12 Januari 2024 bertepatan dengan ulang tahun ke 112
perkumpulan Boen Tek Bio.
Pendirian PKTB atas inisiasi ketua umum perkumpulan Boen Tek Bio yaitu Ruby Santamoko yang menginginkan adanya tempat yang menjadi pusat referensi ilmu pengetahuan, penelitian dan informasi terkait sejarah dan kebudayaan Tionghoa Benteng.
“Didalam PKTB ini ada perpustakaan, ada alat musik tradisional yang terkait dengan sejarah kebudayaan tionghoa benteng, foto-foto dan lukisan terkait kehidupan sehari-hari tionghoa benteng seperti kelahiran, pernikahan, kematian, juga ada makanan khas dodol, dan alat musik tehyan,” ujarnya.
Iskandar mengatakan, koleksi buku di PKTB mencapai 1900 judul dari 1996 eksemplar. Jumlah tersebut belum termasuk foto-foto terkait sejarah berdirinya Boen Tek Bio, kehidupan dan hasil penelitian seperti skripsi hingga disertasi terkait tionghoa benteng.
“Sejak diresmikan PKTB telah dikunjungi oleh wisatawan baik dalam dan luar negeri, akademisi, dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang melakukan penelitian,” ungkapnya.
Ia mengatakan, penelitian yang dilakukan tak hanya terkait sejarah dan kebudayaan Tionghoa Benteng namun lebih luas dari berbagai disiplin ilmu seperti mengangkat multikulturalisme, arsitektur, hingga perekonomian Tionghoa Benteng.
“Selain itu pelajar mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga siswa menengah mempelajari toleransi kehidupan beragama dengan berkunjung ke klenteng Boen Tek Bio sekaligus membaca buku di PKTB ini,” ujarnya.
Tak hanya sumber referensi literasi, PKTB juga menghadirkan tokoh-tokoh sejarawan dan budayawan tionghoa Benteng untuk melengkapi informasi dan literasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, akademisi, dan peneliti.
“Terkait kebudayaan ada budayawan tionghoa benteng yaitu engkong Oey Tjin Eng, kaitan arak-arakan ada tokoh Tionghoa Benteng yaitu koh Tedy, terkait umum Boen Tek Bio ada pengurus Klenteng yang akan menjelaskan,” ujar dia.
Iskandar berharap kehadiran Pusat Kajian Tionghoa Benteng yang menjadi satu-satunya tempat ibadah yang memiliki perpustakaan dan koleksi kebudayaan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik dari dalam Kota maupun luar Kota Tangerang.
“PKTB dibuka untuk umum setiap hari Senin-Sabtu mulai pukul 09.00-17.00 WIB. Pengunjung tidak dipungut biaya masuk PKTB. Untuk tujuan penelitian bisa mengirimkan surat permohonan,” ujarnya.
Ke depan PKTB direncanakan akan ditingkatkan dan diperluas sarana nya menjadi 2 lantai, agar semakin banyak koleksi buku dan benda-benda bersejarah Tionghoa Benteng menjadi mini museum.(Adit)