Scroll ke Skill Jadi Tren Pembelajaran Digital dan Personal Branding

ilustrasi-scroll-ke-skill-pembelajaran-digital

Tren scroll ke skill kini menjadi fenomena yang mendorong perubahan perilaku belajar masyarakat. Istilah scroll ke skill muncul karena semakin banyak pengguna media sosial yang menggunakan aktivitas scroll sebagai sarana menambah pengetahuan dan kemampuan. Perubahan ini terutama terlihat pada generasi muda yang semakin aktif mencari konten edukatif.

Di era digital, platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan LinkedIn tidak hanya menjadi ruang hiburan. Sebaliknya, media sosial telah berkembang menjadi sumber pembelajaran yang cepat dan fleksibel. Selain itu, akses konten edukatif yang mudah membuat proses belajar tidak lagi terbatas pada ruang kelas. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengembangkan skill baru secara mandiri.

Media Sosial sebagai Ruang Belajar Baru

Menurut laporan We Are Social (2024), lebih dari 70 persen pengguna internet di Indonesia memanfaatkan media sosial untuk belajar. Konten seperti desain grafis, public speaking, bahasa asing, hingga kewirausahaan kini dapat dipelajari hanya dengan melakukan scroll. Oleh karena itu, tren scroll ke skill memperkuat bukti bahwa pembelajaran modern semakin inklusif dan dinamis.

Pakar pendidikan nonformal, R. Maheswara, menyebut perubahan ini sebagai perkembangan positif. Ia menilai kebiasaan scroll yang sebelumnya dianggap pasif, kini bisa berubah menjadi aktivitas produktif ketika diarahkan dengan tepat.

“Media sosial bukan sekadar hiburan. Semakin banyak anak muda memperoleh skill baru dari konten singkat,” ujarnya.

Personal Branding Meningkat Lewat Konten Digital

Selain sebagai sarana belajar, media sosial juga menjadi wadah untuk personal branding. Pelajar, mahasiswa, dan pekerja muda mulai membangun identitas profesional melalui karya dan portofolio digital. Bahkan, jejak digital kini menjadi pertimbangan penting dalam proses rekrutmen.

LinkedIn Insight Report (2024) mencatat kenaikan 42 persen profesional muda yang mendapatkan peluang kerja melalui personal branding di media sosial. Dengan demikian, scroll ke skill turut memberikan dampak positif bagi perkembangan karier.

Tantangan Literasi Digital

Meski begitu, penggunaan media sosial sebagai sarana belajar memerlukan literasi digital yang baik. Tidak semua konten edukatif memiliki kualitas yang memadai. Selain itu, distraksi visual juga menjadi tantangan yang bisa menurunkan efektivitas pembelajaran.

Digital Literacy Forum Indonesia (2023) melaporkan bahwa banyak pengguna masih kesulitan membedakan konten kredibel dan konten populer. Tantangan ini perlu diatasi agar pembelajaran digital dapat berjalan efektif.

Masa Depan Pembelajaran Digital

Jika dimanfaatkan dengan bijak, tren scroll ke skill dapat menjadi investasi jangka panjang bagi keterampilan masyarakat. Kebiasaan harian seperti scrolling kini mampu berubah menjadi proses belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, media sosial semakin penting sebagai bagian dari ekosistem pembelajaran modern.

Transformasi budaya digital ini menunjukkan bahwa masa depan pendidikan tidak lagi terikat oleh ruang atau waktu. Scroll ke skill menjadi bukti bahwa teknologi mampu membuka peluang belajar dan karier yang lebih luas bagi masyarakat di era modern.

*) Ditulis oleh (Dian Putri Dinanti) Mahasiswi FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *