Dokter RS Sari Asih Cipondoh: Pentingnya Kewaspadaan Terhadap Hipertensi

Tangerang(Bantenkita)- Kisah seorang pria dari Sherwood, Nottingham, Inggris, menjadi pengingat keras bahwa penampilan fisik yang prima bukanlah jaminan kesehatan yang sesungguhnya. Dikenal sebagai pria yang sangat sehat dan bugar di usia 54 tahun, ia masih aktif berlari, menjalani gaya hidup tanpa risiko—tidak merokok, tidak minum alkohol, apalagi menggunakan narkoba.

Namun, kondisi fisik yang tampak sempurna itu runtuh seketika. Tiba-tiba, ia merasakan kelemahan di sisi kiri tubuh, mati rasa, hingga kesulitan parah dalam menjaga keseimbangan, berjalan, menelan, dan berbicara. Keluarga segera membawanya ke klinik terdekat, dan hasilnya mengejutkan: tekanan darahnya melonjak drastis hingga 254/150 mmHg.

Hipertensi: Pembunuh Senyap yang Mengintai

Mengomentari kasus-kasus seperti ini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Cipondoh dr. Kiki Maharani, Sp.PD. FINASIM, menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap tekanan darah tinggi.

“Inilah mengapa hipertensi sering disebut ‘silent killer’. Banyak pasien merasa sehat, tidak merasakan gejala apa pun, juga tidak harus menunjukkan gejala pusing, namun di dalamnya terjadi kerusakan pembuluh darah secara perlahan,” ujar dr. Kiki.

Tekanan darah yang mencapai 254/150 mmHg berada dalam kategori krisis hipertensi, yang meningkatkan risiko pecahnya pembuluh darah di otak, yang menjadi penyebab langsung serangan stroke hemoragik.

Mengapa Hipertensi Disebut Silent Killer?

Menurut dr. Kiki Maharani, alasan utama hipertensi sangat berbahaya adalah sifatnya yang asimtomatik (tanpa gejala) pada tahap awal dan menengah.

  1. Tidak Ada Rasa Sakit: Berbeda dengan penyakit lain, tekanan darah tinggi tidak selalu menyebabkan pusing atau sakit kepala yang signifikan, terutama pada tekanan darah yang baru meningkat.
  2. Kerusakan Diam-Diam: Tekanan tinggi yang terus-menerus merusak dinding arteri di seluruh tubuh (termasuk di jantung, ginjal, dan otak). Kerusakan ini membuat pembuluh darah menjadi kaku (aterosklerosis) dan rentan pecah atau tersumbat.
  3. Terdeteksi Saat Komplikasi: Seringkali, pasien baru terdiagnosis hipertensi ketika sudah mengalami komplikasi serius, seperti stroke (kelumpuhan mendadak), gagal jantung, atau gagal ginjal, sama seperti kasus pria bugar di Nottingham tersebut.

Tindakan Pencegahan: Deteksi Dini Kunci Utama

Meskipun gaya hidup sehat sangat penting, dr. Kiki Maharani menyarankan agar setiap orang—bahkan yang merasa bugar dan aktif—melakukan langkah-langkah pencegahan utama:

• Pemeriksaan Rutin (Medical Check-up): Jangan menunggu gejala muncul. Lakukan pengukuran tekanan darah secara teratur minimal setahun sekali. Jika ada riwayat keluarga, pemeriksaan harus lebih sering.

• Kenali Angka Anda: Tekanan darah normal adalah di bawah 120/80 mmHg. Angka di atas 140/90 sudah dikategorikan hipertensi.

• Gaya Hidup: Pertahankan pola makan rendah garam, batasi kafein, rutin berolahraga (seperti yang dilakukan pria Inggris tersebut), dan kelola stres dengan baik. Namun, ingat, gaya hidup sehat saja tidak selalu menjamin tekanan darah tetap normal jika ada faktor genetik yang kuat.

Kisah pria bugar di usia 54 tahun adalah alarm bagi kita semua. Kesehatan sejati ada di dalam, bukan hanya terlihat dari luar. Pemeriksaan tekanan darah rutin adalah investasi terkecil dengan dampak terbesar untuk mencegah bencana stroke atau serangan jantung mendadak.(dty)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *