Tangerang, (BantenKita) – Pemkot Tangerang menggelar trauma healing untuk para narapidana di Lapas kelas 1 Tangerang.

Pelayanan kesehatan jiwa ini diikuti puluhan narapidana khususnya napi blok C, yang mengalami langsung kejadian kebakaran beberapa waktu lalu.

Kepala Bidang P2P, Dinkes Kota Tangerang dr Indri Bevy mengatakan, trauma healing digelar sejak Selasa (14/9) hingga Jumat (17/9) bersama RSUD Kota Tangerang dan Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI). Trauma Healing saat ini difokuskan pada para napi, dan nanti dilanjutkan ke petugas yang bertugas saat kejadian.

Ia berujar, sejak hari kedua insiden kebakaran terjadi, tim Dinkes sudah turun untuk melakukan pendekatan, penenangan dan pendalaman terkait sejauh apa gangguan psikis atau mental yang diderita korban selamat Blok C. Begitu juga dengan mereka blok tetangga yang sekadar mendengar atau melihat proses kejadian.

“Sebelum para napi bertemu dokter, Dinkes telah menyebar kuesioner dengan 29 poin pertanyaan. Hasilnya, baru ditentukan mereka membutuhkan penanganan psikiater atau psikolog dengan berbagai status traumanya,” kata dr Bevy.

Kabid Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUD Kota Tangerang dr Amir Ali mengungkapkan hasil kuesioner para napi banyak yang mengalami kecemasan dan kesulitan tidur.

“Maka, pada trauma healing ini belasan dokter psikiater dan psikolog diturunkan. Melakukan trapi kejiwaan dan trapi pengobatan. Sejauh ini belum ada yang naik pada tahap rujukan,” ungkap dr Amir.

Pada proses terapi, kara dr Amir, dilakukan secara person to person sehingga sampai saat ini baru sekitar 83 napi yang ditangani.

“Angka ini masih akan terus bertambah. Jika trauma healing seperti ini tidak dilakukan tidak menutup kemungkinan para napi dapat mengalami kecemasan yang lebih dalam atau depresi yang mendalam,” katanya.

Ia menambahkan, jika empat hari trauma healing ini selesai, trapi rutin akan dilakukan jajaran dokter Kemenkumham. “Kami Dinkes dan pihak RSUD bersiap untuk kesiapan obat-obatan dan menerima napi yang sekiranya membutuhkan penanganan rujukan yang lebih mendalam,” ungkap dr Amir. (Adit)