Cilegon, (BantenKita) – Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten memperkenal QRIS sebagai kanal digital terkini kepada ratusan pengusaha tempe di Kota Cilegon, Banten, Selasa (5/10/2021).

Sosialisasi QRIS sekaligus pengembangan kapabilitas kepada pengusaha tempe itu dihadiri Walikota Cilegon Helldy Agustian, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Erwin Soeriadimadja, Pimpinan cabang BRI Kota Cilegon Muh Sigit Yudanto dan Camat Cibeber Noviyogi Hermawan, serta 108 pelaku usaha tempe.

Sigit Yudanto menyebutkan bahwa 26 dari 108 pelaku usaha tempe yang hadir itu telah memiliki rekening BRI, serta 9 diantaranya telah memperoleh pembiayaan dari BRI.

“Kedepan diharapkan seluruh pengusaha tempe itu dapat menggunakan QRIS sebagai kanal pembayaran untuk mendukung pengembangan usaha mereka,” kata Sigit.

Sementara itu, Camat Cibeber Noviyogi mengatakan bahwa pemasaran tempe oleh pengusaha tempe di Cibeber tidak terbatas di Cilegon, tetapi hingga ke Pasar Rau, Kota Serang. “saya berharap kegiatan pembinaan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengembangkan kapabilitas pengusaha tempe Cilegon,” katanya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Erwin Soeriadimadja mengatakan bahwa BI tertarik dengan usaha tahu dan tempe sehubungan dengan usaha tahu tempe sebagai bentuk pengembangan kapasitas usaha berbasis komunitas di Cibeber merupakan UMKM yang sangat dekatdengan ekonomi masyarakat, yang diharapkan dapat tumbuh sekaligus membuka lapangan pekerjaan dan memperkuat perekonomian.

Tempe memiliki potensi pasar yang besar dikarenakan gizinya cukup tinggi, sehingga pelaku usaha harus terus meningkatkan kapabilitas dalam memproduksi tempe.

Kedepan, tempe akan dijadikan warisan budaya kuliner dunia oleh Kementerian Pariwisata dan EKonomi Kreatif, sehingga diharapkan pelaku usaha mempersiapkan diri tempe Cibeber bisa memasok kebutuhan di Banten, di nusantara bahkan mudah-mudahan nanti bisa ekspor. “Tempe ini bisa mendunia. Kuncinya adalah pelaku usaha tempe juga diharapkan dapat tekun dan adaptif menyesuaikan perkembangan teknologi dalam produksi tempe dan melihat peluang pasar,” kata Erwin.

Sedangkan Walikota Cilegon Helldy Agustian menyampaikan bahwa persaingan adalah suatu proses yang dilewai bahkan sejak manusia lahir. Kesuksesan hendaknya dari proses yang harus dilewati oleh pengusaha tahu atau tempe.

Helddy mencontohkan Pak Rustono, pengusaha tempe sukses yang saat ini berdomisili di Jepang. Ia memproduksi tempe mencapai 10.000 bungkus per hari, dan mampu mengekspor ke berbagai negara termasuk Meksiko. “Tidak ada yang tidak mungkin dan tidak ada yang sulit selama kita berusaha,” ujarnya.

Helldy menambahkan Pemkot mendukung pengembangan UMKM melalui pembiayaan sebesar Rp1 juta lewat dinas koperasi dan UMK dengan bunga 0% untuk jangka peminjaman selama 1 tahun, dengan tujuan mendorong UMKM semakin berkembang.

Kegiatan pengembangan kapabilitas tempe diperagakan oleh Ibu Turifah/Ipeh. Pemilik usaha rumah tempe ini memproduksi keripik tempe Macaca. Ia menceritakan pengalamannya dalam membuat tempe dilakukan melalui 6 proses, yaitu penyortiran kedelai, perebusan kedelai sampai mendidih, perendaman selama 24 jam, pemecah kedelai dari kulit ari sampai bersih, peragian basah atau kering lalu packing dan fermentasi selama 36 jam.

Ipeh semula memproduksi tempe segar kemudian saat ini sudah melakukan pemrosesan tempe kering. Ipeh juga memperagakan proses produksi kripik tempe macaca.

Dalam kegiatan itu dilakukan sosialisasi QRIS dan CBP. QRIS adalah standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia agar proses transaksidengan QR Code menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.

Melalui QRIS pedagang dapat menerima pembayaran dari berbagai penerbit uang elektronik Server-based CBP atau Cinta, Bangga dan Paham Rupiah terdiri dari cinta rupiah melalui mengenali, menjaga dan merawat rupiah, Bangga rupiah sebagai simbol kedaulatan negara, alat pembayaran yang sah dan alat pemesartu bangsa serta paham dalam bertransaksi, berbelanja dan berhemat menggunakan rupiah. (Rid/Ril)