
Serang, (BantenKita) – Upaya PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) untuk mendapatkan dana di Bursa Efek Indonesia berhasil terhimpun Rp618 miliar dari Penawaran Umum Terbatas VII (PUT VII) melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue, dan semakin memantapkan bank milik masyarakat Banten ini mengakselerasi Transformasi Digital.
“Alhamdulillah, kami bisa menyerap dana Rp618 miliar. Target dalam action plan BEKS membutuhkan tambahan dana minimal Rp600 miliar. Ini menunjukkan antusiasme investor di tengah persaingan memperebutkan likuiditas dari aksi korporasi serupa yang dilakukan oleh bank-bank lainnya. Meski tidak adanya pembeli siaga dikarenakan waktu yang sangat singkat pada PUT VII itu, BEKS berhasil mencapai angka target action plan, yakni rencana bisnis bank atau RBB yang disampaikan perseroan kepada Otoritas Jasa Keuangan,” ujar Direktur Utama Bank Banten Agus Syabarrudin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (26/10/2021).
Besarnya minat investor publik terhadap rights issue emiten berkode saham BEKS yang dibuktikan dengan realisasi penyerapan dana yang lebih tinggi 93,12 persen dibandingkan realisasi penyerapan dana dari PUT VI yang dilaksanakan BEKS pada Januari 2021 sebesar Rp320,5 miliar, menunjukkan bahwa Bank Banten mulai dipercaya investor mampu menjalankan bisnisnya dengan baik.
Agus mengatakan akan memanfaatkan dana tersebut semaksimal mungkin, dengan rencana alokasi untuk mengembangkan bisnis perseroan, khususnya untuk penyaluran kredit sekitar 65 persen, sisanya 35 persen untuk penguatan struktur keuangan perseroan.
Salah satu upaya agar dana segar PUT VII tersebut dapat tersalurkan sesuai dengan yang direncanakan, maka Bank Banten harus segera terapkan akselerasi transformasi digital yang juga memacu kinerja perseroan lebih baik.
Bank Banten ternyata telah menyiapkan jauh hari masalah digitalisasi tersebut dengan mengembangkan analisis big data dan business intelligence guna menyelaraskan kebutuhan dan perkembangan teknologi pada masa mendatang.
Tidak hanya itu saja, bank yang dinyatakan sehat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini juga berupaya memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan perusahaan financial technology atau fintech untuk mengembangkan potensi bisnis usaha UMKM guna pertumbuhan perekonomian daerah Banten.
“Kami telah dan terus akan perkuat sinergi dan kolaborasi dengan perusahaan fintech,” kata Agus.
Menurut Agus, layanan digital memang tidak bisa diabaikan, apalagi saat pandemi COVID-19 melanda Indonesia, khususnya di Banten, sistem digitalisasi sangat dibutuhkan.
“Oleh karena itu, perseroan membutuhkan keandalan sistem teknologi informasi untuk mendukung daya saing dan memenuhi kebutuhan nasabah,” kata Agus seraya menambahkan pada 2021 ini perseroan fokus di bidang teknologi informasi seperti penguatan kapabilitas organisasi menuju perbankan digital dan sistem pembayaran yang terintegrasi.
Berbagai upaya yang dilakukan manajemen Bank Banten antara lain pengembangan aplikasi dan infrastruktur teknologi informasi untuk mendukung peningkatan kualitas layanan perbankan secara menyeluruh dan berkelanjutan; melengkapi kebijakan dan prosedur untuk mendukung peningkatan kualitas tata kelola perusahaan yang baik. Khususnya di bidang IT adalah mengembangkan dan mendukung penguatan sistem pembayaran, baik dari segi keamanan dan kelancaran, serta proses pelaporan dan administrasi jasanya. (Rid)