Serang, (BantenKita) – Perekonomian Banten pada Triwulan I 2022 kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 4,97% (yoy), sedikit lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional dan regional Jawa yang secara konsekutif sebesar 5,01% (yoy) dan 5,07% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Banten terutama ditopang oleh peningkatan kinerja sektor Industri Pengolahan, yaitu Industri alas kaki dan industri besi baja dan sektor Transportasi dan Pergudangan. Pada periode ini juga, sumber tekanan seiring penyebaran varian omicron yang menekan mobilitas dengan kembali diberlakukannya PPKM, kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Imaduddin Sahabat di Serang, Senin (27/6/2022).

Imaduddin mengatakan itu pada seminar dengan tema “Accelerating investment on Green Industry and implementation of Local Currency Settlement (LCS) for Sustainable Economic Growth” di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Kampus Sindangsari Jl. Raya Palka Km 3, Kabupaten Serang.

Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar menjadi Pembicara Utama (keynote speaker) dalam Seminar tersebut.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan net ekspor sebesar 36,78% (yoy), didorong kenaikan ekspor alas kaki dan besi baja yang masing-masing tercatat sebesar 262 Juta USD dan 159 Juta USD. Peningkatan ekspor besi baja sebagai dampak kenaikan ekspor PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang mencatatkan volume ekspor bulanan tertinggi pada Maret 2022 sebesar 116.406 ton ke Pakistan, Vietnam, Turki, Yunani, dan Italia.

Investasi Banten termasuk komponen yang menarik. Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM RI, pada triwulan I 2022, Banten berada pada peringkat 6 realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu, senilai USD712,98 juta. Sementara realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berada pada peringkat 7 nasional yaitu, senilai Rp6,92 triliun. Dengan kondisi tersebut, total realisasi penanaman modal di Banten senilai Rp17,154 triliun.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, kinerja keuangan Banten stabil dan tetap tumbuh walaupun melambat dibandingkan periode April. DPK tumbuh sebesar 9,90% (yoy) asset tumbuh sebesar 9,51% (yoy). Kredit/pembiayaan (lokasi proyek) juga tumbuh sebesar 13,59% (yoy). Adapun risiko yang tercermin pada NPL tercatat masih berada dalam batas aman (threshold) atau sebesar 4,33%. Hingga Juni 2022, Jumlah merchant QRIS di Pulau Jawa mengalami kenaikan menjadi sebanyak 12,239,339 merchant, atau naik 5,39% (mtm) dibandingkan posisi Mei 2022.

Secara rata-rata jumlah merchant QRIS tiap Kabupaten Kota, Provinsi Banten menduduki peringkat kedua setelah Provinsi DKI Jakarta, dengan NMR sejumlah 137,237 merchant/kab-kota. Wilayah Tangerang dan Tangerang Selatan mendominasi lokasi merchant qris, sebesar 74% dari total merchant QRIS se-Provinsi Banten.

Sektor Industri pengolahan masih menjadi backbone pertumbuhan ekonomi Nasional maupun Banten. Walaupun demikian, Industri pengolahan masih identic dengan excess negative berupa industri yang tidak bersahabat dengan lingkungan. Sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berkomitmen untuk mencapai target nol emisi pada 2060 atau paling cepat sekitar 2040.

Upaya Indonesia sejalan dengan komitmen internasional untuk menjadikan ekonomi bertumbuh dengan tetap memperhatikan kelangsungan lingkungan, sebagaimana salah satu tema KTT G20 Green Economy, Green Financing, dan Sustainable Investment.

Untuk mendukung kontinuitas pertumbuhan industri pengolahan, khususnya sektor petrokimia BI Banten bekerjasama dengan tim peneliti Untirta telah melakukan kajian Potensi Hilirisasi Industri Petrokimia di Provinsi Banten pada tahun 2020 dan dilanjutkan pada kajian lanjutan dengan tema “Penguatan Local Value Chain Industri Petrokimia terhadap industi manufaktur nasional”

Pada kajian sebelumnya, dengan adanya hilirisasi petrokimia tersebut, maka akan memberikan kontribusi nilai tambah PDRB Provinsi Banten sebesar Rp 2,14 triliun, serta mampu menyerap tenaga kerja baru sebanyak 3000 orang.

“Diharapkan dengan kajian lanjutan dapat merumuskan rekomendasi strategi penguatan industry petrokimia khususnya melalui percepatan realisasi imvestasi serta penguatan local value chain terrhadap manufaktur Nasional, termasuk Provinsi Banten,” katanya.

Sesuai dengan tema Presidency Indonesia pada G20, Recover Together, Recover Stronger, Sustainable Energy Transition menjadi salah satu isu prioritas yang di angkat pada masa presidensi saat ini. Pada sesi satu kita akan membahas mengenai accelerating investment in green industry dan pada sesi Kedua akan diangkat manfaat penggunaan Local Currency Settlement (LCS) bagi industri dan perbankan.

Imanuddin berharap dengan dilaksanakannya kegiatan seminar pada pagi hari ini dapat meningkatkan semangat pengembangan industri dan investasi hijau di Provinsi Banten serta meningkatkan awareness dan pemahaman dalam rangka perluasan pemanfaatan LCS bagi pelaku usaha ekpor-impor dan perbankan.

“Tak lupa kami menyampaikan terima kasih pada ISEI Banten yang tek henti hentinya bersinergi dengan kami guna mendorong pertumbuhan ekonomi Banten. Begitu juga dengan untirta atas supportnya dalam penyelenggaraan acara hari ini. Kami berharap kerjasama yang baik ini masih terus berlanjut untuk kebaikan kita bersama,” katanya. (Rid/Ril)