BP2Mi Terbangkan 22 Perawat Berkualitas Ke Jerman/Ist

Tangerang(Bantenkita)- Sebanyak 22 perawat profesional berkompetensi tinggi diterbangkan ke Jerman melalui program G To G oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) pada Minggu (02/03/2023).

Dihadiri sejumlah pejabat tinggi negara, pelepasan Pekerja Migran Indonesia tersebut tertuang dalam acara Pelepasan PMI Program G to G di Lounge PMI yang terletak di terminal 3 Internasional Bandara Soekarno Hatta.

Deputy Penempatan dan Perlindungan Eropa Timur Tengah, Irjen Achmad Kartiko mengatakan, bahwa ini adalah proses panjang yang sudah kita lakukan di tahun 2020 lalu. Pertama, kita lakukan kerjasama dengan pemerintah Jerman dengan Indonesia untuk menempatkan para perawat profesional ke negara Jerman. Kemudian pada tahun 2021 kita lanjuti dengan perekrutan, mereka mendaftar sendiri mengikuti seleksi . “Dan yang lulus itu kita latih bahasa Jerman, agar mereka bisa beradaptasi dan menunjukan kompetensi kerjanya di rumah sakit pemerintah selama tiga tahun di sana,” ujarnya.

” Sekitar 200 orang sudah sudah kita latih. Dan ini bagian dari itu, seharusnya mereka berangkat pada tahun 2022 kemarin. Tetapi prosesnya panjang, karena berbahasa Jerman itu tidak mudah dan juga harus ada proses perjanjian kerja dengan perusahaan perusahaan di Jerman sana,” tambahnya.

Sebelumnya, BP2MI telah memberangkatkan 18 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang diperuntukan sebagai tenaga medis di sebuah rumah sakit pemerintah Jerman. Dan tepat pada hari ini, Indonesia kembali memberangkatkan empat orang tenaga medis yang telah berkompeten tinggi di bidang kesehatan.

“Jadi dari 200 orang ini, total perawat yang kita berangkatkan itu ada 22 orang. Kedepannya, kita akan berangkatkan kembali sebanyak 58 orang untuk bekerja di rumah sakit pemerintah Jerman,” jelasnya.

Dia mengaku, untuk penempatan tenaga kerja di bidang kesehatan tersebut. Kompetensi yang dimiliki para perawat harus sangat baik.

Kemudian, lanjutnya, ada beberapa kurikulum yang harus disamakan dengan kurikulum yang ada di Jerman. Sedangkan, pendidikan perawat Indonesia itu masih menggunakan bahasa Belanda dan sebagainya.

” Jadi proses pengurusannya itu sangat panjang, dan kita harus terus mengejar. Supaya perawat ini bisa ditempatkan untuk bekerja. Dan tahun depan, kita sudah ada kuota 600 orang untuk di Jerman. Namun, kompetensi bahasa sangat penting untuk mereka. Karena, Jerman menuntut kualitas yang sangat tinggi untuk perawat kita,” ungkapnya.

Terkait bidang sektoral lainnya saat ini sedang dirintis untuk Hospitality, seperti di hotel dan sektor sektor pariwisata.

“Kami juga menghimbau kepada para stakeholder yang terkait dengan kejuruan, kesehatan dan hospitality itu untuk mempersiapkan sedini mungkin bahasa Jerman. Sehingga pada saat pelatihan, bisa cepat lulus dan sudah lancar untuk berangkat,” kata dia

Sementara, Kepala BP2MI, Beny Rhamdani dalam keterangannya memberi apresiasi dan motivasi kepada para perawat yang akan diterbangkan ke Jerman tersebut.

” Gapai mimpi kalian dengan menunjukan kualitas kerja yang baik di sana. Kalian adalah duta Indonesia, kampanyekan lah negara kita ini dengan menoreh kebaikan dan prestasi cemerlang di Jerman sana. Dengan penghasilan fantastis itu lah, kamu bisa mewujudkan mimpi dan mengembangkan karir kalian di sana,” kata Beni.

Pendidikan tinggi menjadi faktor utama bagi pekerja migran Indonesia untuk bisa bekerja menjadi perawat profesional di negara Jerman. Sudah pasti, bagi mereka yang telah meraih pendidikan D3, S1 bahkan S2 di bidang kesehatan.

Memilki pelung besar untuk menjemput rejeki di sejumlah negara yang berada di belahan Eropa. Program G To G tahun 2023 yang dilandasi perlindungan hukum secara resmi ini, menjadi bukti nyata untuk masyarakat yang hendak mewujudkan mimpi mereka di penjuru dunia. (Samalfiqih)