
Tangsel(BantenKita)- Kajian UPJ-Indonesia City Metric yang diterbitkan oleh Universitas Pembangunan Jaya dan kelompok usaha Pembangunan Jaya menjadi pedoman baik khususnya untuk kebijakan kota Tangsel dan kota lainnya yang ada di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga saat menghadiri launching buku UPJ-Indonesia City Metric yang berlokasi di Universitas Pembangunan Jaya, Kecamatan Ciputat, Senin (08/08/2023).
“UPJ ini meluncurkan buku atau kajian terkait bagaimana membangun kota-kota di Indonesia. Menganalisa keunggulan dan kekurangan dari sebuah kota. Ini berita baik jadi pedoman khususnya buat kota di Indonesia sebagai kebijakan kedepannya,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam buku ini menyebutkan bahwa Tangsel ini menjadi kota terbaik dalam bidang pendidikan dan aksesibilitas transportasi. Maka dari itu, Pilar berharap bahwa proyek strategis nasional LRT-MRT ini dapat berlanjut di wilayah Tangsel.
“Buku ini menyebutkan bahwa tangsel itu kota terbaik dalam pendidikan dan aksesbilitas transportasi.
Yang kita tunggu itu LRT-MRT bagaimana proyek ini bisa berlanjut. Kita sebagai tuan rumah masuknya LRT ke Banten ini, kita siap jadi PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama),” tuturnya.
Oleh karenanya, Ia menyampaikan kesiapan apabila Tangsel harus menyiapkan lahan di wilayah jalan milik kota yang diperuntukkan untuk pembangunan LRT-MRT.
“Kita tinggal tunggu instruksi dari pemerintah pusat. Selagi lahannya di wilayah jalan milik kota, kita persiapkan. Dan untuk soal biaya itu investasi, karena melibatkan Pemprov DKI dan Pemprov Banten. Tangsel sebagai lokasi,” tukasnya.
Sementara, Rektor UPJ, Leenawaty Limantara Ph.D mengatakan UPJ City Matrics ini digarap hampir dua tahun lamanya. ” Jadi menurut saya, ini bukan sesuatu yang singkat. Selama dua tahun ini kami selalu berinteraksi antara tim peneliti UPJ. Yang dimana di dalam tim UPJ itu kami punya Center Pembangunan Jaya For Urban Studi.,” ungkap Leenawaty.
Dikatakannya, peneliti-peneliti UPJ-ICM terdiri akademisi dan juga industri yakni PT.Pembangunan Jaya. Selain itu juga melibatkan pakar keilmuan yang memiliki wawasan-wawasan global.
“Kami mempunyai komite pengarah seperti Bambang Brodjonegoro yang notabenenya pernah menjadi menteri, Bappenas dan sebagainya. Dan ada juga pak Kecuk kepala BPS, Prof. Firman, Pak Berni yang sudah sangat kawakan di dalam kajian-kajian urban, jiga ada dari Kepolisian. Jadi ini sangatlah lintas sektoral, kemudian multi disiplinernya, bidang ilmunya berbeda, ada pakar ekonomi, ada pakar teknologi dan juga lain sebaginya,” jelas Rektor saat diwawancarai awak media pada Selasa (8/08/2023) di gedung UPJ Bintaro.
Wanita yang akrab disapa Ibu Shinta ini pun menuturkan proses ini harus dijalankan untuk melahirkan satu laporan yang mengcover 42 kota. ” Tapi nanti ke depan ini akan bisa dilakukan, karena kita sudah tahu polanya. Pelan-pelan kita akan lakukan kajian. Sehingga bisa terbit UPJ -Indonesia City Metrics ini selang beberapa tahun sekali. Bisa dua tahun sekali, atau juga bisa 3 tahun sekali,” paparnya.
“Kenapa kita tidak bisa lakukan tiap tahun? Karena ada data-data yang misalnya dilakukan penerbitannya oleh BPS itu dua tahun sekali atau pun 3 tahun sekali, kita juga memakai sumber data itu. Nah selain data statistik yang ada di BPS, kami juga akan mengembangkan dengan data data dinamis seperti survei dan sebagainya,” paparnya.
Rektor mengungkapkan tujuan buku UPJ-ICM untuk mengetahui performa setiap kota. “Jadi dia akan tahu bahwa rata-rata kota-kota yang ada di Indonesia ini seperti apa. Apakah di bawah, ataukah diatas kekuatan kota satu sama lain. Baik dari aspek perekonomian, infrastruktur, tapi lemah di aspek lain,” ungkapnya.
“Jadi kita lihat kekuatannya, dan juga kita menceritakan tentang masukan-masukan apa saja yang harus ditingkatkan. Kita jangan berfikir bahwa kota yang terlihat hebat itu tidak mempunyai kelemahan. Ada 57 indikator yang membantu kita memetakan profile daripada kota tersebut,” pungkasnya.(sam)