
Tangerang(BantenKita)- Rutinitas para pekerja proyek pembangunan Rusunawa Kedaung Baru Kecamatan Neglasari Kota Tangerang terlihat gencar dilakukan hingga saat ini.
Proyek Kementerian PUPR yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp 43 Milyar ini pun dibangun sejak 12 September 2022. Lokasinya berada persis di sebelah Kantor Kelurahan Kedaung Baru
Dimana, target penyelesaian pembangunannya yang tertera di papan informasi proyek selama 404 hari kalender.
“Iya kalau untuk sekarang itu pembangunannya sudah mencapai kurang lebih 70 persen, sedangkan untuk targetnya sih yang saya tau itu akhir tahun 2023 ini sudah selesai dikerjakan,” ucap Lurah Kedaung Baru Neglasari Kota Tangerang, Wawan Gunawan Saat diwawancarai Bantenkita.com pada Selasa (05/09/2023) di lokasi.
Wawan menyebut, nantinya gedung akan difungsikan untuk tempat tinggal warga cluster PUPR yang sudah siap direlokasi ke bangunan baru lima tingkat tersebut. Lantaran, bangunan yang ia tinggali saat ini sudah reyot dan tak layak huni.
” Iya pembangunan itu buat warga klaster PU yang saat ini rumahnya sudah pada rusak dan tidak layak. Setelah kita survei dan ngobrol dengan warganya. Mereka mau, dan siap direlokasi jika rumah susunnya sudah berdiri,” ujarnya.
Dikatakan Wawan, warga tidak keberatan dan malah menuntut untuk secepatnya dibangunkan gedung tersebut pada waktu itu. Meskipun mereka harus membayar sewa per bulannya. Mereka tetap mau direlokasi dan mendukung adanya pembangunan rusunawa yang saat ini pembangunannya itu kalau saya lihat sudah mencapai 70 persen,” kata Wawan.
“Ada 5 lantai, empat lantai untuk tinggal warga dan lantai atas itu mungkin di peruntukan buat menjemur dan sebagainya. Kalau untuk kapasitas itu mampu nampung 70 KK,” tambahnya
Untuk diketahui, Pemerintah Kota Tangerang terus berjibaku untuk mengubah citra atau image kumuh di wilayahnya dengan melakukan penataan lingkungan serta sekaligus mensejahterakan masyarakatnya melalui berbagai macam program yang ada.
Pembangunan rusunawa Kedaung Baru Neglasari ini adalah salah satu bentuk nyata kepedulian pemerintah di dalam kesejahteran masyarakatnya untuk kehidupan yang selayak layaknya.
Sementara, Inah (67), satu dari warga Klaster Perkim mengatakan bahwa dirinya sangat antusias dan berharap pembangunan Rusunawa tersebut sesegera mungkin dapat terselesaikan oleh para pekerja. Mengingat, biaya hidup ngontrak di tempat sementara yang kini ia jalani mengeluarkan banyak biaya.
“Kalau saya mah pengen jasa nempatin di rumah susun itu, daripada ngontrak sekarang ini lumayan mahal. Karena yang saya tahu sebelum klaster diratakan (dibongkar), di rumah susun itu sewanya hanya bayar 300 ribuan untuk tipe 3×6, terus bayar kebersihan, keamanan, listrik sama air sendiri,” jelasnya.(sam)