
Serang, BantenKita.com – Pihak SMA Negeri 1 Kota Serang menegaskan tidak terlibat langsung dalam kasus dugaan pemukulan yang melibatkan siswa dan alumni. Sekolah menyebut sejak awal telah memfasilitasi komunikasi dan mediasi, namun proses hukum tetap berjalan karena perkara sudah ditangani kepolisian.
Komite SMAN 1 Kota Serang, Muhammad Arif Kardiat, mengatakan video viral yang menyebut pelaku pemukulan berasal dari siswa atau alumni SMANSA tidak benar.
Latihan paskibra yang menjadi latar peristiwa itu, kata dia, juga melibatkan alumni dari sekolah lain.
“Sekolah tetap netral, kami tidak memihak. Sejak awal sudah ada upaya mediasi, tapi pihak korban tidak hadir,” ujar Arif, Selasa (30/9/2025).
Arif menegaskan pihak sekolah mengutuk keras pemukulan tersebut. Karena melibatkan anak di bawah umur, ia menilai penyelesaian bisa ditempuh melalui mekanisme restorative justice.
Guru Pembina Paskibra SMAN 1 Kota Serang, Diana Ermaya, menambahkan peristiwa itu terjadi setelah latihan lomba Tata Upacara Bendera (TUB) di stadion. Saksi menyebut korban sempat menggeber motor hingga menimbulkan kegaduhan, lalu kabur saat ditegur.
“Anak-anak yang masih di lokasi, termasuk alumni, diberi hukuman push-up dan diminta mencari korban untuk kembali ke stadion serta meminta maaf,” kata Diana.
Pertemuan antara korban dan alumni akhirnya berlangsung di sekolah. Namun, mediasi yang difasilitasi sekolah hingga tiga kali tidak pernah dihadiri pihak korban.
“Sejak awal kami tidak pernah melakukan intervensi. Proses hukum tetap berjalan karena sudah ditangani polisi,” ujarnya.
Sementara itu, Neneng Fitria Pary Wakepsek SMANSA sekaligus orangtua siswa yang menjadi saksi mengatakan anaknya mengalami tekanan mental akibat peristiwa ini. Anak tersebut bahkan merekam video kejadian secara diam-diam dan menyerahkannya kepada korban untuk keperluan visum.
“Saat kejadian itu, sebelum anak saya di BAP, tanggal (20/8) sore hari. Ada orang yang memotret rumah serta ada kiriman surat undangan dari pihak kepolisian pada malam hari. Akibat itu, anak saya menjadi depresi. Karena ia merasa bersalah sudah mengambil video secara diam-diam, dan memberikan kepada korban,” tutur Neneng.