
Kota tangerang- Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) menggelar Sidang Senat Terbuka Wisuda ke-17 Pascasarjana, Sarjana dan Diploma pada Kamis (24/10/2024) di gedung Ice BSD, Serpong Tangerang.
Sebanyak 2.479 wisudawan berkompetensi unggul pun diresmikan telah menyelesaikan tahapan pendidikan dan siap menyandang gelar magister sesuai bidang keilmuannya masing masing.
Kompetensi mutu bagi seluruh lulusan, menjadi catatan utama bagi salah satu kampus Islam yang telah lama berdiri di Bilangan Cikokol, Kota Tangerang ini.
Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang, Desri Arwen mengatakan wisuda ke-17 ini terbagi dalam tiga sesi dan diikuti 2.474 mahasiswa yang terdiri dari 8 fakultas, 32 program studi. Sedangkan, pasca sarjana ada lima program magister yaitu Magister manajemen, magister akuntansi, magister pendidikan agama Islam, magister pendidikan bahasa Indonesia dan magister hukum.
” Pendidikan adalah jembatan emas para wisudawan untuk menjadi orang yang bermanfaat dan bisa menguasai dunia dan akhirat dengan ilmu pengetahuan. Dimana, menuntut ilmu dalam Islam adalah sebuah kewajiban yang patut dilakukan oleh setiap muslim laki-laki dan perempuan sejak lahir. Kewajiban dan pentingnya menuntut ilmu dijelaskan dalam sejumlah hadits,” kata Arwen.
” Tadi juga saya sampaikan kepada mereka (wisudawan) supaya mereka pertama adaptif, karna di jaman saat ini mereka harus mampu beradaptasi. Karena itu bagian dari kekuatan bertahan kita menghadapi segala macam cobaan dan juga tantangan hidup yang datang tak terduga,” tambahnya.
BACA JUGA : Hari Santri di Kota Tangerang, 10.522 Pelajar Penghafal Al Quran Diwisuda
Arwen menyebut bukan hanya itu saja, komunikatif pun harus dimiliki para wisudawan. Itu untuk menyambung dan memperluas jaringan dalam menjalin hubungan baik terhadap sesama.
“Komunikasi ini akan memperluas jaringan dan memperluas persahabatan dan persaudaraan, sehingga ini akan terasa lebih mudah berinteraksi dengan kemampuan komunikasi yang didapatkan oleh mahasiswa,” ujarnya.
“Mereka juga harus kooperatif. Nggak bisa kaku, harus fleksibel. Berikutnya mereka juga harus mampu berkolaborasi dengan berbagai macam segmentasi kehidupan,” kata Arwen. (Sam)