
Tangerang Selatan(BantenKita)- Tiga dosen Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) Bintaro yakni Clara Evi C. Citraningtyas, Ph.D, Desi Dwi Kristanto, M.Ds., dan Slamet Budiharjo, M.A telah meraih Hibah International AIFIS (American Institute for Indonesian Studies) 2024 untuk proyek inovatif mereka, The 360° Animation Video of Rara Janitra.
Adaptasi inovatif ini merupakan produk rekonstruksi cerita rakyat Indonesia Rara Jonggrang dengan mengintegrasikan nilai-nilai kontemporer, seperti kesetaraan gender dan kolaborasi, ke dalam narasinya.
Animasi Rara Janitra didasarkan pada cerita yang ditulis oleh Clara Evi C. Citraningtyas, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2015 dengan judul yang sama.
Cerita rakyat memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan, petunjuk, dan persiapan bagi anggota masyarakat untuk menjadi pribadi yang bermanfaat. Namun, seiring perubahan zaman, banyak cerita rakyat yang tetap stagnan, termasuk di Indonesia.
Meskipun banyak cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai positif, tidak sedikit pula yang mengandung ajaran yang sudah tidak relevan atau kurang konstruktif.
Proyek Rara Janitra menjawab tantangan ini dengan menghadirkan versi modern dari Rara Jonggrang yang sesuai dengan nilai-nilai masa kini tanpa melunturkan budaya.
“Cerita rakyat harus berkembang bersama masyarakat. Penulisan ulang dan penyajian melalui media modern memastikan cerita tersebut tetap relevan dan bermakna bagi audiens masa kini,” ujar Dr. Citraningtyas dalam keterangannya.
Dikembangkan bersama mahasiswa UPJ, Rara Janitra disajikan dalam bahasa Inggris dan dirancang untuk menarik perhatian audiens lokal dan global. Teknologi 360° yang mutakhir digunakan untuk memberikan pengalaman bercerita yang imersif.
Peluncuran dan pemutaran perdana Rara Janitra akan diselenggarakan pada 13 Desember 2024 di Teater 1, Kampus UPJ. Lebih dari 100 peserta diharapkan hadir, dengan headset VR disediakan untuk memberikan pengalaman menonton yang mendalam.
Video animasi ini juga akan diunggah di YouTube untuk menjangkau audiens yang lebih luas, sekaligus menginspirasi diskusi tentang kesetaraan gender, kolaborasi, dan pembaruan budaya. Proyek ini menjadi contoh bagaimana penulisan ulang cerita rakyat dapat memastikan relevansi dan keberlanjutannya bagi generasi mendatang.(dtya)