
Cilegon, (BantenKita) – Wakil Walikota Cilegon, Fajar Hadi Prabowo, menyoroti pentingnya peran pembina Pusat Pelayanan Teknologi (Posyantek) dalam mendukung inovasi masyarakat.
Ia menilai bahwa pembinaan yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan para inovator, bukan sekadar menjadi acara seremonial belaka.
Menurutnya, jika pembina tidak memiliki pemahaman yang cukup, maka pejuang inovasi akan kesulitan dalam merealisasikan ide mereka.
Keselarasan antara pembina dan inovator menjadi faktor penting dalam keberhasilan program ini.
“Hal yang terpenting adalah pembinaan. Tadi saya sampaikan, pentingnya Posyantek ini, pembinaannya harus sesuai. Jangan sampai pejuang inovasi mau bikin apa, pembinanya nggak satu frekuensi, nggak tahu caranya juga,” ujar Fajar setelah menghadiri acara pembukaan Inovasi Award Kota Cilegon 2025, pada Senin (24/2/2025).
Ia menekankan bahwa tanpa pembinaan yang tepat, inovasi yang berhasil diciptakan hanya akan menjadi pencapaian individu, bukan keberhasilan sistematis yang dapat memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
“Nah, ini yang harus kita pastikan juga, karena saya nggak mau nanti seperti kita malah kebanyakan seremoni,” tambahnya.
Pernyataan ini menjadi catatan penting bagi pihak terkait agar lebih serius dalam meningkatkan kualitas pembinaan.
Ke depan, diharapkan para pembina Posyantek benar-benar memiliki kompetensi untuk mendukung para inovator lokal dalam mewujudkan gagasan mereka.
Sebelumnya, berdasarkan informasi yang didapat oleh Fakta Banten, ternyata selama ini banyak Posyantek yang tidak ikut serta dalam lomba inovasi atau menciptakan inovasi baru. Dari 43 kelurahan atau 43 posyantek yang ada di kelurahan se-Kota Cilegon, hanya 7 sampai 14 posyantek yang mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan inovasi.
Padahal, sudah ada anggaran yang disediakan untuk mendukung program tersebut.
Seorang narasumber yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa banyak Posyantek yang kurang aktif dalam memanfaatkan dana yang telah dialokasikan.
Menurutnya, minimnya pendampingan dan kurangnya pemahaman pembina Posyantek menjadi salah satu faktor utama stagnasi inovasi di tingkat kelurahan.
“Banyak Posyantek yang seolah jalan di tempat. Mereka punya anggaran, tapi tidak dimanfaatkan dengan baik. Pembinanya juga kurang memahami bagaimana membimbing inovator, jadinya program ini kurang berkembang,” ucap Narasumber yang tidak ingin disebutkan namanya, kepada Fakta Banten, pada Senin (24/2/2025).
Ia juga menyoroti bahwa Posyantek seharusnya bisa lebih aktif dalam menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Namun, banyak dari mereka yang hanya menjalankan program secara administratif tanpa ada upaya nyata untuk menghasilkan inovasi baru.
“Harusnya mereka bisa memanfaatkan anggaran dan fasilitas yang ada untuk menciptakan sesuatu yang berguna. Tapi kenyataannya, banyak Posyantek yang hanya berjalan formalitas, tidak ada gebrakan nyata,” tambahnya.
Selain itu, Posyantek juga belum sepenuhnya memanfaatkan label pemerintah kelurahan sebagai naungan resmi mereka.
Padahal, sebagai lembaga di bawah pemerintahan kelurahan, seharusnya mereka bisa lebih aktif dalam pengembangan inovasi di tingkat lokal.
“Kalau mereka lebih proaktif, harusnya bisa bekerja sama dengan kelurahan untuk mencari solusi atas permasalahan di masyarakat. Tapi yang terjadi sekarang, banyak yang malah kurang terdengar kiprahnya,” pungkasnya. (Hery)